Sebuah statement dalam perbincangan di group Blackberry Clara Fortin Choir, salah satu anggota menempilkan satu hal - menyikapi ketika banyak anggota paduan suara yang tidak bisa hadir dalam latihan - bahwa penyanyi di paduan suara bukan robot. "Karena salah satu tradisi dalam paduan suara adalah: libur setelah menunaikan tugas. Penyanyi di paduan suara bukan robot," begitu katanya.
Saya jadi termangu. Termangu karena berpikir: apakah saya yang terlalu bersemangat dalam latihan koor atau memang tradisi itu yang kemudian mengikat para anggota koor? Saya berkutat dalam koor sudah cukup lama dan sampai sekarang masih saja heran dengan perilaku yang mengabaikan pentingnya berlatih. Tulisan ini sebenarnya berkaitan dengan tulisan sebelumnya (baca: Dikeploki atau Dikaploki...). Saya menulis ini karena yakin seyakin-yakinnya, sekali saja sebuah paduan suara memiliki sifat jumawa, takabur, karena merasa sudah sangat bisa akan sebuah atau beberapa lagu dan akhirnya mengabaikan sesi latihan, suatu ketika nanti pasti akan tampil mengecewakan.
Sebuah kelompok paduan suara tidak hanya terdiri dari satu, dua, empat atau enam orang saja, tapi bisa jadi terdiri dari 18, 24, sampai 30 orang. Dan kalau begitu tampil buruk, yang dikenal tentu bukan orang per orang itu, tapi nama kelompoknyalah yang akan dikenang orang karena "pernah" tampil buruk.
Saya berharap, commitment is commitment, whatever happened... Tapi kalau alasannya sakit, meriang, sakit gigi, anak besok ulangan, masuk angin, masih dalam perjalanan dari kantor, dan seabreg excuses lainnya, akhirnya toh semangat saya yang harus mengalah...
Que sera sera, whatever will be will be...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar