Selasa (25/7) malam di TV-One ada program menarik. Para mahasiswa dan mahasiswi di Melbourne University di Australia ternyata begitu pandai berbahasa Indonesia. Dan mereka belajar minimal 4 tahun untuk bisa lancar berbahasa Indonesia. Syaratnya cuma satu: disiplin berlatih menggunakannya setiap hari! Richard Clayderman, pianis jagoan yang kerap kita dengar itu, biar sudah "jago" pun perlu berlatih minimal 5 jam setiap hari!
Begitu pula dengan menyanyi di sebuah paduan suara. Tapi mengelola sebuah kelompok paduan suara ternyata memang harus panjang sabar. Harus sering mengelus dada. Menyamakan persepsi akan pentingnya sebuah sesi latihan agar bisa tampil dengan baik dan bisa dinikmati umat di Gereja ternyata tidak mudah. Sesi latihan yang harusnya lebih penting dari "pertunjukan"nya sendiri masih dianggap sepele. "Ah, hari ini saya gak enak badan. Bolos sekali dua kali nggak apa-apa kayaknya." Berjuta alasan bisa dibuat untuk tidak latihan. Namun, intinya adalah: bagaimana kita memberi respect (hormat) pada apa yang kita sukai dan tekuni.
Musuh utama untuk bisa disiplin latihan adalah: mengalahkan kemalasan. Akhirnya kegiatan yang seharusnya menyenangkan itu hanya menjadi sesi yang "diselipin" bukan yang sesuatu yang harus didisiplinkan. Hadeh...
Tak dipungkiri, semua anggota paduan suara senang bila umat bisa menikmati lagu-lagu yang dilantunkan oleh paduan suara. Senang ketika melihat semua mata melirik atau malah menoleh ke arah kelompok paduan suara yang sedang "show off". Hati ini rasanya bungah sekali ketika hal itu terjadi. Kalau tak ditahan-tahan, mungkin bisa saja umat bertepuk-tangan, ngeploki, memberi apresiasi pada paduan suara yang tampil ciamik. Lebih baik dikeploki ketimbang dikaploki, bukan?
Untuk bisa dikeploki itu, itu adalah buah yang dipetik dari disiplin latihan yang rutin. Bukan sesuatu yang hanya "diselipin".
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus